Waspada! Judul Game Ini Berarti ‘Saya Roti’ dalam Bahasa Inggris

Jakarta – Tren video game ‘I Am Bread’ yang belakangan ini menjamur di masyarakat mengandung pesan terselubung. Judul permainan tersebut ternyata memiliki arti ‘Saya Roti’ dalam Bahasa Inggris (bahasa yang digunakan penduduk di daerah Kepulauan Inggris sejak abad ke-5 Masehi).

maxresdefault

Video game ‘I Am Bread’ mengandung pesan terselubung (Foto: Bossa Studios @YouTube)

Penemuan menggemparkan itu diumumkan oleh seorang ahli bahasa sekaligus dosen jurusan Bahasa Inggris di sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta, Prof. Sunaryo Lubis, M.A., S.S., pada ceramah umumnya bertajuk ‘Rotinisasi Terselubung Kaum Babilonia di Abad 21’. Ceramah tersebut diadakan pada hari Jumat, 29 Juli 2016 lalu di Balai Mahasiswa Universitas Indonesia di kawasan Salemba, Jakarta Pusat dan dihadiri oleh lebih dari 200 peserta.

I Am Bread sendiri adalah video game yang dirilis pada bulan April 2015 untuk Playstation 4, Windows, Mac, dan iOS. Video game keluaran studio game yang bermarkas di  ini  hingga bulan Juli 2016 telah terjual lebih dari 450.000 kopi.

Jumlah penjualan tersebut termasuk penjualan di Indonesia. Diperkirakan terdapat ribuan pemain I Am Bread dan terus bertambah setiap harinya. Prof. Sunaryo menyayangkan sifat pemain Indonesia yang reaktif mengikuti tren tanpa mengetahui asal usul judul permainan yang mereka mainkan.

“Banyak orang kita yang ikut bermain, padahal kalau ditelaah lagi judul mainannya berarti ‘Saya Roti’. Ini bentuk rotinisasi terselubung dari kaum Babilonia yang ingin membuat manusia menjadi roti. Makanya mereka menggunakan bahasa asing yang nyaris tidak pernah diketahui masyarakat umum,” kata Prof. Sunaryo di ceramahnya.

“Jika diteliti lebih lanjut, banyak unsur permainan yang mengajak pemainnya untuk menjadi roti. Bahkan, kalau diamati,  karakter yang dikendalikan oleh pemain sebenarnya adalah roti. Ini bahaya, kalau yang bermain tidak kuat iman bisa-bisa mereka ikut-ikutan ingin menjadi roti.”

Insiden manusia menjadi roti pernah diamati di Jepang pada tahun 2000an. Anggota tubuh para korban berubah menjadi beragam roti sebelum akhirnya seluruh badan mereka menjadi roti. Kelainan ini dianggap tidak bisa disembuhkan, sehingga para korban harus dimutilasi dan dikonsumsi sebagai satu-satunya metode pencegahan penyebaran.

yakitate-japan-1027901

Ilustrasi manusia roti (Takashi Hashiguchi)

Anggota DPR, M. Joesoef Tjandra turut menyuarakan kecemasannya terhadap kemampuan kognitif masyarakat Indonesia untuk berpikir kritis dalam menyikapi media populer.

“Nggak usahlah main permainan karya asing, karya Babilonia. Tidak ada gunanya, hanya buang-buang waktu saja. Apalagi katanya mengandung unsur-unsur roti. Lebih baik memilih permainan yang mendidik dan penuh kearifan lokal seperti gasing atau ular naga.”

M. Joesoef menambahkan, jika generasi muda Indonesia bermain permainan mendidik, diharapkan pemerintah dapat memindahtangankan fungsi pendidikan dari keluarga, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya ke permainan.

“Sudah tidak zamannya lagi ada anggaran pendidikan, lebih baik tanggung jawab mendidik ada di permainan dan tontonan saja,” ucapnya.

(rak/cla)

 

 

Leave a comment