Organisasi Perlindungan Anak Tuntut Penarikan Mainan Berbentuk Alat Kelamin

Jakarta – Perjuangan Organisasi Perlindungan Anak (OPA) dalam melindungi anak-anak Indonesia terus berlanjut. Kali ini, ditemukan sejumlah mainan berbentuk alat kelamin yang dijual bebas baik di toko daring maupun toko fisik. Mainan-mainan yang menyerupai alat kelamin pria maupun wanita tersebut dinilai tidak layak sebagai mainan anak-anak.

Juru bicara OPA, Titi Soejati, menyatakan tuntutan penarikan mainan-mainan tersebut dari peredaran sesegara mungkin. Lebih lanjut, OPA juga menuntut pemerintah merazia seluruh toko di Indonesia dan negara tetangga serta menindaklanjuti toko dan individu yang menjual mainan-mainan yang tidak senonoh.

Beberapa mainan anak yang dicap tidak senonoh (foto: F4U-DraconixX/deviantart.com)

“Ini sudah keterlaluan. Kami sebagai perwakilan orang tua Indonesia tidak bisa tenang jika anak-anak bisa menemukan mainan seperti ini saat kami tinggal untuk shopping. Jelas-jelas ini mainan anak, tetapi di antara mainan aman yang berbentuk bola-bola atau oval, tersisip mainan yang bentuknya seperti alat kelamin pria, ada juga yang seperti kelamin wanita. Bahkan ada yang memiliki urat dan berbulu.

Pemerintah dan masyarakat luas harusnya turut menjaga anak-anak saya, bukan saja di jalan, tetapi juga di rumah saat mereka memakai internet. Sekarang saya tidak bisa lagi meninggalkan anak saya ke spa dengan tenang, karena saya tidak tahu apa yang akan anak saya lihat dari komputer dan tabletnya.”

Mainan-mainan yang sejatinya ditujukan untuk anak-anak harus memiliki nilai pendidikan setidaknya setara pendidikan tingkat sarjana, menurut OPA. Sebagai tindak lanjut dari penyitaan, OPA berharap pemerintah akan segera memusnahkan mainan-mainan yang dinilai bermasalah.

Di beberapa kemasan mainan yang telah disita, terdapat beberapa simbol yang disinyalir merupakan huruf-huruf yang membentuk kalimat yang menjelaskan nama dan kegunaan mainan-mainan di dalamnya. OPA menyatakan akan membentuk tim investigasi untuk membaca huruf-huruf di kemasan mainan tersebut demi mengetahui wujud dan tujuan asli mainan-mainan tersebut.

“Tetapi sekarang kami sedang fokus menuntut keadilan dari pemerintah. Anak-anak kami yang berharga, khususnya anak saya, harus menjadi tanggung jawab bersama.”

(rhe/cla)