Pengayuh Becak Demonstrasi Tuntut Penertiban Layanan Transportasi Bermotor

Jakarta – Ribuan pengayuh becak berkumpul melakukan unjuk rasa di depan Istana Negara, Selasa (15/3) kemarin.  Unjuk rasa kali ini merupakan aksi terbaru dari para pengayuh becak, sepeda, gerobak, dan kendaraan tidak bermotor lainnya semenjak maraknya layanan transportasi bermotor, khususnya angkot, taksi, dan ojek. Unjuk rasa kali ini merupakan salah satu yang terbesar sepanjang sejarah konflik tersebut.

Kendaraan bermotor yang mulai muncul di Indonesia sejak tahun 1920-an dianggap mempersulit persaingan para pengayuh becak. Penghasilan mereka menurun drastis, sebagaimana yang dirasakan oleh Hartomo yang telah menjalani profesi pengayuh becak selama lebih dari 60 tahun.

“Zaman dulu lebih enak, karena orang-orang masih lebih suka naik becak. Setelah adanya kendaraan bermotor, penghasilan jadi jauh berkurang, kadang-kadang sehari dapat satu penumpang saja sudah syukur.”

Ribuan pengemudi becak bersatu dalam aksi solidaritas menuntut kesetaraan hak (foto: antaranews.com)

Para pengayuh becak juga mengeluhkan ketidakadilan teknologi mesin motor yang menuntut tenaga jauh lebih sedikit dari kendaraan tidak bermotor. Juru bicara Paguyuban Anti Kendaraan Bermotor  (PAKM), Joko Suryo, meminta pemerintah segera menghentikan keberjalanan transportasi bermotor dan mempreteli mesin dari kendaraan-kendaraan bermotor.

“Ini namanya ketidakadilan, kami yang rakyat kecil mana bisa bersaing dengan mereka (pengemudi layanan transportasi bermotor, red.). Pemerintah harusnya membela kami dan segera menangkap kendaraan bermotor dan pengemudinya.”

Dinas Perhubungan Jakarta masih belum menentukan sikap terhadap unjuk rasa ini.

“Setiap ada teknologi baru memang pengemudi yang kalah bersaing sering melakukan unjuk rasa. Sekarang kami sedang mengkaji pelarangan semua kendaraan supaya para penyedia layanan transportasi kembali menggunakan metode gendong-menggendong untuk konsumennya supaya lebih adil.”

(rak/rp)