Pemakaian masker dapat mencegah tersebarnya LGBT (foto: Rachel Mulligan @ Blogspot)
Semenjak penegasan Kementrian Kesehatan mengenai status LGBT sebagai penyakit, wabah penyebaran virus LGBT yang terus merebak di Indonesia semakin membuat para orangtua cemas. Pasalnya, virus yang dapat menyebar hanya dengan paparan melalui udara tersebut khususnya mengincar anak-anak dalam usia perkembangan. Siapa orangtua yang ingin menemukan anak perempuannya memakai celana panjang saat sampai di rumah?
Virus LGBT (lesbian gaily bisexual transgendervirus) adalah jasad renik yang berukuran sangat kecil (1-5 nanometer) dan menyerang otak manusia (tidak ditemukan pada hewan lain). Virus ini tergolong retrovirus, yang berarti virus yang dapat mengubah susunan informasi genetika inangnya untuk memperbanyak dirinya.
Masa inkubasinya memiliki rentang lebar antara 2 minggu hingga 5 tahun. Jika virus telah menginvasi otak, inangnya dianggap memiliki penyakit yang juga disebut LGBT. Ciri-ciri pengidap penyakit LGBT umumnya berbeda, tergantung jenis virus yang bersarang (L, G, B, atau T — perlu dicatat bahwa virus T dapat menjangkiti bersamaan dengan tiga virus lainnya).
Secara garis besar, berikut gejala pengidap masing-masing kategori penyakit:
- LGBT-L: Hanya menyerang wanita. Pengidap akan berambut pendek, mengenakan kemeja dan/atau celana pendek maupun panjang, berjalan mengangkang, memiliki percaya diri, menyukai olahraga dan otomotif, dan suka berada di radius 5 meter atau kurang dari wanita lainnya.
- LGBT-G: Hanya menyerang pria. Pengidap akan mengalami lemas sendi pergelangan tangan, berjalan dengan gemulai, bersuara tinggi, bersikap kewanita-wanitaan, tidak suka olahraga dan otomotif, menyukai musik pop, dan suka berada di radius 5 meter atau kurang dari pria lainnya.
- LGBT-B: Dapat menyerang pria maupun wanita. Pengidap akan memilih berteman dengan dan memeluk lelaki dan perempuan.
- LGBT-T: Dapat menyerang pria maupun wanita, namun dengan gejala yang berbeda. Pengidap akan berperilaku seperti lawan jenis. Pria umumnya mengenakan rok, gaun, dan lingerie. Wanita mengenakan baju lusuh, khususnya kemeja dan celana panjang, tetapi dapat pula mengenakan jas dan tuksedo.
Lantas, bagaimana mencegah buah hati kesayangan sebelum terjangkit penyakit yang tidak fatal ini?
Menurut dr. Aningtyas Kartini, Sp.A., terdapat tiga tindakan penting yang harus dilakukan orangtua untuk melindungi buah hati mereka.
Pertama, imunisasi. Saat bayi keluar dari kandungan, orangtua harus segera melarikan anak ke posyandu terdekat untuk mendapatkan suntikan imunisasi LGBT.
“Masa-masa postnatal (setelah kelahiran, red.) adalah masa-masa kritis bagi bayi. Virus LGBT sifatnya sangat cepat menyebar, sehingga jika ada pasien lain, dokter, perawat, atau staf di rumah sakit yang mengidap LGBT, bayi dapat tertular hanya dalam paparan selama 5 sampai 10 detik.”
Kedua, selama masa pertumbuhan, orangtua hendaknya mengawasi segala hal yang dikonsumsi oleh si kecil. Walau telah diimunisasi, masih terdapat kemungkinan kecil LGBT akan menular jika tidak disertai pengawasan. Pengawasan termasuk pola hidup sehat dengan menjauhi tindakan yang tidak macho (bagi anak laki-laki) dan tidak feminin (bagi anak perempuan). Tetapi yang paling penting adalah menjauhi makanan instan.
“Konsumsi susu instan, mie instan, atau makanan instan lainnya oleh anak dapat berakibat fatal. Konsumsi sebesar 3 mg saja sudah dapat meracuni pembuluh darah anak dengan virus LGBT yang akan menyerang otak. Terutama nasi instan, masih banyak orangtua yang membeli beras siap tanak dari toko. Lebih aman jika menanam padi sendiri.”
Terakhir, jika langkah-langkah tersebut telah dilakukan tetapi naasnya sang buah hati tetap terjangkit LGBT, dr. Aningtyas menyarankan euthanasia sebagai pengobatan, khususnya bagi orangtua yang merasa tidak bisa hidup jika anaknya tidak bersetubuh dengan lawan jenis atau bersikap sesuai jenis kelamin mereka.
“Ini langkah terakhir bagi sebagian orangtua yang menganggap para pasien LGBT lebih rendah dari binatang dan sudah tidak memiliki rasa kasih sayang. Pasti berat untuk membunuh manusia lain, tetapi beberapa cara seperti membekapnya saat tidur atau memasukkan deodoran ke makanan buah hati dapat mengobati si kecil untuk selamanya.”
Apa Anda siap membantu mengobati sang buah hati?